“Ini
untukmu, kita bagi dua saja yaa…”. Bujuk seorang anak manis dengan rambut kuncir kuda pada temannya.
“Terimakasih,
aku sayang kamu Sha”. Balas anak lain yang tak kalah manisnya dengan anak
berambut kuncir kuda tadi.
“Aku
juga Chika”. Balasnya.
Hanya
bisa tersenyum saat melihat keakraban dua anak kecil tadi. Sungguh luar biasa
persahabatan yang telah mereka jalin sejak kanak-kanak. Jadi teringat
persahabatan yang aku jalin dengan ketujuh temanku di SMA. Memang tak selama
jalinan persahabatan yang dijalin kedua anak tersebut. Tapi keakraban kami tak
bisa dipungkiri lagi.
Masa-masa
SMA adalah masa-masa kenakalanku, apalagi saat aku duduk di kelas 1 SMA. Saat
itu aku bahkan belum menutup auratku secara keseluruhan. Hanya bila ke sekolah
saja aku mengenakan kerudung. Banyak hal tak bermanfaat yang aku lakukan saat
itu. Hingga akhirnya sebuah masalah (kecil memang namun mampu membuatku
terpuruk saat itu) menuntunku menuju hidayah Allah. Untunglah saat masalah itu
hadir, Allah menuntunku pada seorang akhwat sholehah. Dialah Siti Hanifah, aku
biasa memanggilnya teh Anif, dialah yang setia mendengarkan masalahku dan
sedikit demi sedikit menuntunku pada ketenangan. Saat itu aku telah duduk di
kelas 2 SMA Semester 2, sedangkan dia duduk di kelas 3 SMA Semester 2. Perkenalanku
dengannya dimulai saat kami sama-sama aktif di kegiatan kerohanian di sekolah.
Aku
masih ingat pertama kali aku memutuskan untuk menutup auratku secara
keseluruhan. Senin tanggal 26 Oktober, ya,,,saat itu aku mulai menutup auratku
secara keseluruhan, tentunya dengan ridho ayah dan ibu. Aku telah berazzam menutup
aurat karena Allah, dan akupun harus siap menanggapi perubahan sikap dari
keluargaku yang lain serta lingkungan. Tak cukup dalam waktu yang singkat
memang. Namun karena didasari dengan azzam yang kuat, akhirnya semua itu dapat
kulalui. Tentunya tak lepas dari support orang-orang disekelilingku
(Alhamdulillah).
Memang
benar, hidayah itu tak cukup untuk
ditunggu, tapi juga harus dijemput. Cara menjemputnya bisa dengan berbagai
cara, diantaranya dengan aktif dalam
berbagai kegiatan kerohanian, membaca buku-buku motivasi, dan masih banyak
lagi. Senakal-nakalnya dulu, aku tetap aktif dalam berbagai kegitan kerohanian
di sekolah, dan itu sangat membuatku nyaman.
Setelah
teh Anif lulus SMA, aku benar-benar kehilangan sosok teman berbagi, sosok kakak
sekaligus guru yang banyak mengajariku banyak hal. Ya, karena saat itu dia
harus melanjutkan pendidikan ke luar kota, dan itu berarti kami tak bisa
leluasa lagi untuk bertemu.
Hingga
akhirnya aku dipertemukan dengan ketujuh teman dekatku di dalam kegiatan
kerohanian yang sama di sekolah (kegiatan ini memeng dikhusukan untuk anak
perempuan). Dalam ukhuwah yang terbentuk itulah kami semakin akrab dan mampu
saling memahami dalam segala hal. Saking akrabnya, aku bahkan menamakan
persahabatan kami dengan memberi nama “RIEEDDHA”. Ya.. RIEEDDHA adalah
singkatan dari nama-nama kami. Bila ingat hal itu, aku semakin merindukan
mereka, sosok sahabat yang memiliki beberapa karakter. Luar biasa.
Di
mulai dari mas`ulah (ketua) ukhty Risma, dialah sosok ketua yang cerdas, aktif
dalam berorganisasi, tegas dalam memutuskan segala masalah (pertahankan ya,,,
ukhty), ukhty Ilan, sosok akhwat yang pintar, baik, namun dia hobi sekali
memperlihatkan wajah cemberutnya, tak peduli saat itu masih pagi (huu…jelek tuh
ukhty), untunglah wajahnya manis, jadi tak begitu terlihat buruk (awas jangan
GR,,tetep manisan wajah senyummu..hee), berbeda halnya dengan ukhty Echa, dia
adalah sosok akhwat yang paling manja diantara kami (ma`lumlah dia memang
paling muda diantara kami), saking manjanya (khususnya padaku) dia sering di
olok-olok sebagai anakku oleh yang lain (hadooohh). Sosok pemberani, tangguh
dan tegas dialah ukhty Elis (bahkan kami sering memnggilnya ukhty
preman,,hee,,,maaf ya ukh), ukty lainnya adalah ukhty Dechi, sosok penyabar dan
baik namun dia paling lambat diantara kami dalam melakukan sesuatu, hingga
terkadang kami memanggilnya “ukhty rempong” (dasar anak-anak SMA…ckckckck…maaf
ya ukhty). Selain itu ada ukhty Dilan, dialah sosok paling cuek diantara kami,
bahkan dengan urusan penampilannya, maka kami tak pernah terkejut bila bertemu
dengannya, pasti dalam kedaan seadanya hingga kerudung pun tak dipedulikannya
mau berebentuk bagaimana pun (jangan ditiru ya kawan…heu). Dan yang terakhir
adalah ukhty Helen, sosok cerdas yang pandai bernahasa Inggris, aktif dalam
berorganisasi dan yang pasti dia adalah sosok penyabar (selalu sabar bila kami
mencubit pipinya terus menerus….hee).
Subhanallah,
indah memang masa-masa itu, entah kapan itu akan kembali menghiasi hari-hari
kami dalam kebersamaan tentunya. Semoga persahabatan kami tetap terjalin hingga
ke syurganya. Amiin..
RIEEDDHA
(Risma_Ilan_Echa_Elis_Dechi_Dilan_Helen_Azky)-------------
Subang,
o6 Januari 2012. Teruntuk para sahabat terindah di bumi Allah, terimakasih
telah mengisi hari-hariku..(semua nama sengaja disamarkan)