“Jadi penyelesaian sengketa dalam asuransi itu ada dua, pertama jalur pengadilan dan yang kedua jalur arbitrase…..” terdengar suara lelaki dewasa yang sedang menerangkan asuransi di sebuah ruangan kelas perkuliahan, itulah dosen asuransi di universitasku.
Saat itu aku sedang tidak focus, mata dan pendengaranku memang terlihat menyimak, namun hatiku sudah berjalan ke luar ruangan itu, Subang.  Ya, hari itu aku akan pulang sesaat setelah perkuliahan berakhir. Namun, kepulanganku saat itu terasa begitu istimewa, istimewa khususnya bagiku. Hari itu aku tak hanya pulang dan bertemu keluarga tercinta, namun aku juga bertemu satu dari tujuh pelangi yang aku rindu.
Pelangi yang warnanya paling berani diantara kami. Pelangi nunjauh di awan sana, memilih menjauh dari kami beberapa saat. Sungguh aku sangat merindukannya.
Di perjalanan pulang hatiku seakan ramai dengan genderang bahagia menantikan pertemuan kami. Hari itu cuaca begitu panas, namun tak mampu mengalahkan sejuknya hati yang merindu. Semua orang yang aku temui saat itu begitu terlihat manis, membuatku ingin tersenyum pada mereka.
“kriingg..kringg” terdengar suara ponsel yang menandakan ada pesan masuk. aku buka pesan pendek yang masuk ke ponselku,  terlihat pesan masuk dari pelangi berani itu, “sist..masih dmn? Kalo sudah sampai kabari”. Temanku itu memang akan menjemputku di pemberhentian kendaraan umum yang terakhir aku naiki. Hatiku semakin berkecamuk saja, antara bahagia, sedih dan kesal saat bertemunya nanti. Ya, bahagia karena akhirnya Allah mempertemukan kami kembali, sedih karena pertemuan ini hanya dihadiri dua pelangi dari delapan pelangi yang menghiasi simponi kehidupan kami, dan kesal karena beberapa lama ini sempat tak ada kabar darinya, merasa menjadi teman yang tak berguna.
Laju kendaraan yang aku tumpangi lumayan cepat, hingga tak terasa beberapa menit lagi aku sampai di tempat tujuan. Setelah sampai, aku pun segera mengirim pesan pendek padanya untuk mengetahui keberadaan dia saat itu. Tak berapa lama berjalan, akhirnya aku melihat seorang akhwat berjaket biru tua, rok bermotif garis-garis pink dan kerudung abu yang ditutupi helm, dialah pelangi itu.
“Hei..”teriakku dari kejauhan.
Bergegas aku mendekat dan menaiki motornya.
“Gimana kabarmu, sehat?”sapanya
“Alhamdulillah sehat, kamu gimana? Tega ya!”balasku
“Alhamdulillah, heheh”
Motor yang kami tumpangi pun melaju, membawa kami pada tempat dimana kami biasa berkumpul saat masa SMA dulu. Setelah sampai di tempat yang kami tuju, bergegas kami turun dan segera memposisikan diri pada tempat yang nyaman.
Kami duduk bersama saat itu, lama aku melihat wajahnya. Wajah yang beberapa lama ini tak sempat aku perhatikan. Ada yang berbeda dari wajahnya, ya, ada setitik lelah yang tak ingin ia tampakkan sebenarnya. Saat itu ingin sekali aku memeluknya, meredakan lelahnya sesaat, namun aku tak mampu, aku hanya bisa menghiburnya dengan lelucon yang mungkin membuatnya bosan. Sist, tetap semangat! Bila dalam buku ada 5 menara, dalam kehidupan nyata, ada 8 Menara, itulah kita…^_^





Friday, April 19th 2013